Breaking News

Tidak Ingin Anak jadi Bahan Ejekan? Hindari Pemberian Nama Berikut ini

Oleh : Robertus Rimawan

Ilustrasi Istimewa
ROBERTUSSENJA.COM - Salah memberi nama fatal akibatnya, anak gadis anda bisa menjadi bahan olok-olok di sekolah. Hal tersebut seperti yang dialami beberapa orang yang memiliki nama sama dengan nama samaran. Terutama nama yang sering digunakan sebagai nama samaran korban pemerkosaan di sejumlah media cetak maupun elektronik, Rabu (14/12/2011).

Raharjo sorang redaktur sebuah media bahkan pernah ditelepon seorang warga, warga tersebut menjelaskan anaknya jadi bahan olok-olokan di kelas. "Bapak tersebut meminta saya agar tidak menggunakan nama 'Bunga' untuk nama samaran bagi korban pemerkosaan," ujar Raharjo. Meski ia sudah menjelaskan bahwa itu hanyalah nama samaran namun warga tersebut bersikeras meminta agar media cetak tidak menggunakan nama samaran bunga. Akhirnya beberapa kali Raharjo menghindari penggunaan nama samaran, bahkan nama korban hanya inisial dan bukan namanya seperti 'X' atau 'Z'.

Bukan hanya Bunga, ada beberapa nama lain yang sering digunakan awak media untuk menyebutkan korban pemerkosaan, antara lain Melati, Mawar, Mekar, Jingga, Kuntum dan Luna. Maximus redaktur lainnya mengamati, tenarnya nama Luna, digunakan sebagai nama samaran korban pemerkosaan di sejumlah media setelah maraknya penyebaran video porno artis Luna Maya dan Ariel Peterpan.

Saat Tribun Manado mencoba search di dunia maya melalui mesin pencari 'Google' nama samaran yang sering digunakan di media elektronik adalah Bunga. Kata kunci yang digunakan di mesin pencari tersebut adalah 'bunga nama samaran kasus pemerkosaan'. Hasilnya ada 17.400 nama bunga digunakan sebagai nama samaran di media elektronik. Kemudian ketika diketik kalimat sama dengan kata depan yang diganti 'Melati', hasilnya nama Melati ada sebanyak 7.170. Disusul nama Mawar 4.770, nama Luna sebanyak 3.660, Nama Mekar sebanyak 2.850, Jingga 832 dan Kuntum 161.

Meski dengan kata kunci tersebut dimungkinkan bukan hanya nama samaran saja yang akan muncul, namun angka tersebut cukup mendekati. Nama bunga paling lama digunakan oleh media sebagai nama samaran sehingga tak heran nama samaran ini lebih banyak digunakan.

Pengamat Sosial asal Sulawesi Utara Mahyudin Damis menilai penggunaan nama-nama tersebut seolah- olah menjadi latah dan efeknya ada beberapa orang dirugikan. "Media memiliki fungsi untuk mencerdaskan bangsa, sebaiknya hindari penggunaan nama semaran tersebut," ujarnya.

Nama samaran Bunga, Mawar atau Melati misanya, Mahyudin menilai kemunculan nama-nama tersebut karena penyamaan ikon, Bunga, Mawar dan Melati diibaratkan sebagai gambaran gender wanita, keindahan yang akhirnya 'dipetik paksa' dalam hal ini kasus pemerkosaan.

"Dulu ada semacam standar penggunaan nama samaran kalau tidak salah untuk kasus-kasus tersebut dinamai 'Sifulan'. Nah saat ini nama tersebut malah jarang muncul," jelasnya. (*)

No comments