Breaking News

Suster Marie Evo CB, Pejuang Kemanusiaan itu Dipanggil Bapa

Oleh : Robertus Rimawan





Foto Istimewa - Suster Marie ketika dirawat, tetap tersenyum dan tak pernah mengeluh meski merasakan sakit yang luar biasa. Selamat jalan suster Marie.


ROBERTUSSENJA.COM
- Mungkin sampai di sini langkah Suster Marie Evo CB (Carolus Borromeus), semangatnya, senyumnya, kasihnya menjadi kristal indah yang menyala abadi. Mantan Direktris RS Panti Rapih Yogyakarta yang telah hidup membiara selama 64 tahun ini dipanggil Bapa di Surga di usia 90 tahun setelah dirawat intensif karena kanker rahim, Jumat (11/5/2012) sekitar pukul 15.50 WIB.

Mutia Baransa (33) terhitung cucu Suster Marie, tepatnya Suster Marie adalah kakak kandung eyang dari pihak ibunya Mutia, menyampaikan hal tersebut pada robertussenja.com. Berbagai kenangan yang muncul hanyalah suka cita dan teladan yang baik. Di mata Mutia, Suster Marie bagaikan monumen kasih yang sulit ditiru. Kenapa? Karena menurutnya jarang yang bisa menjadi seseorang berpribadi Suster Marie.

"Beliau jarang mengeluh, selalu menghadapi semua persoalan dengan senyuman, penuh kasih dan mengabdikan diri untuk kemanusiaan di bidang kesehatan," ujar Mutia. Selama puluhan tahun mengabdi bagi kemanusiaan Suster Marie tak pernah mengeluh, bahkan pernah dikirim ke Belanda atau Afrika terutama tempat terpencil untuk menebar kasih dan membantu orang sakit dan miskin.

Suster Marie tak ubahnya Suster Teresia yang mengabdikan diri bagi warga miskin dan sakit di India. Berbagai karya kemanusiaan tersebar di pelosok Indonesia, beberapa kali pindah tugas di berbagai rumah sakit. Bahkan hingga pensiunpun Suster Marie masih bersedia memberikan sumbangsih bagi dunia kesehatan. "Dua bulan sebelum ketahuan sakit, eyang masih menerjemahkan buku tentang kesehatan dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia. Beliau fasih Bahasa Belanda dan Bahasa Inggris," ujarnya.



Foto Istimewa - Suster Marie ketika merayakan ultah ke 88 tahun, semangat dan keiklasan untuk kemanusiaan menjadi inspirasi.
 
'Setia karena cinta dan bekerja di ladang anggur Bapa' merupakan moto hidup Suster Marie yang tak bisa dilupakan Mutia. Ia tampak sulit menyembunyikan kesedihannya, banyak kenangan akan Suster Marie terpatri kuat di berbagai lembar hidupnya. Mulai dari hobi masak memasak yang diajarkan Suster Marie sebagai bekal sebelum Mutia mengarungi hidup rumah tangga, hingga kenang-kenangan rajutan topi dan syal warna pink untuk Rena Baransa, anak Mutia dan suaminya Bima Baransa.

Kini ia berharap doa untuk kelapangan langkah ke rumah Bapa. Hidup, pengorbanan dan karyanya menjadi inspirasi dan semangat untuk hidup selaras dengan cinta kasih Yesus.

Menurut Mutia, Suster Marie kini disemayamkan di Biara Santa Anna Yogyakarta dan akan dimakamkan pada Sabtu (12/5/2012) diawali dengan Misa Requiem di Kapel Bintang Samudra Yogyakarta.

"Eyang tak pernah mengeluh, sehingga tak ada yang tahu kalau eyang sakit, padahal kena kanker itu katanya sangat sakit sekali. Selamat jalan Suster Marie, eyang sekaligus sahabatku, Bapa menunggumu di Surga," katanya perlahan.

No comments