Breaking News

Buku yang tak Akan Pernah Saya Pinjamkan

Oleh : Robertus Rimawan

Judul Buku         : Wisdom’s Way 101 Kisah Kebijakan Cina

Karya                : Walton C Lee

Penerbit             : Pustaka Delapratasa Jakarta



Repro Robertus Rimawan

 
ROBERTUSSENJA.COM - Jelas!Buku ini tak akan pernah kupinjamkan karena sangat berharga. Bukannya pelit, tapi kemungkinan mencari buku ini sulit.

Walton mengantar buku yang ia tulis dengan kalimat yang diucapkan seorang kaisar. “Sejarah adalah sebuah cermin. Dengan mempelajarinya secara seksama, anda akan mengetahui sebab-sebab dari kebangkitan, kemunduran dan kejatuhan sebuah dinasti.”

Buku ini merupakan kisah nyata kehidupan kaisar dari masa ke masa. Masyarakat Cina kuno memiliki sebuah tradisi, setiap kaisar memiliki dua orang ahli sejarah pribadi. Seorang menulis secara cermat percakapan-percakapan Yang mulia dan yang lain menulis tindakannya. Sangat  disayangkan  sebagian besar catatan terperinci ini dihancurkan di masa-masa pergantian  dinasti, dalam perang huru hara.

Meski demikian setiap dinasti memiliki paling tidak seperangkat  sejarah resmi yang dibuat oleh penggantinya. Sesudah  menggulingkan seorang kaisar yang lama dan mengambli alih semua dokumen kerajaan, kaisar yang baru, atau keturunannya sering akan menunjuk seorang ahli sejarah  untuk menyunting dan menerbitkan dokumen-dokumen tersebut dalam bentuk biografi.

Dua puluh enam perangkat sejarah ini dapat bertahan, melingkupi 2500 tahun, ada lebih dari tiga ratus jilid. Masing-masing setebal 250 hingga 300 halaman. Membaca koleksi ini dari dulu hingga sekarang pengisi waktu senggang para cendekiawan Cina, yang menyadari pentingnya tulisan-tulisan tersebut, baik dari segi sejarah maupun kesusasteraannya.

Seorang pembaca setia tersebut bernama Feng, Mon-Lon (1574-1646). Feng bekerja sebagai juru tulis kelas bawah dalam kekaisaran, hamper seumur hidup. Secara politik ia tak memiliki harapan untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Hidup di akhir Dinasti Ming (1368-1644) dan sering menjadi saksi mata atas korupsi yang dilakukan pemerintah.

Feng dengan  jelas meramalkan kemunduran, bahkan kejatuhan Kekaisaran Ming yang besar. Meski melihat kehancuran yang tak terelakkan ini, sebagai pejabat rendah Feng merasa tak berdaya. Namun tak berdaya bukan tanpa harapan. Pada tahun 1626 dia memulai penyalinan dari apa yang saat itu hanya berupa 24 kumpulan sejarah resmi dan dari buku-buku lain. Dan dalam waktu hanya dua bulan ia berhasil mengumpulkan lebih dari 1200 anekdot dan mengategorikan menurut tingkatan-tingkatan kebijaksanaan.

Tujuan Feng untuk menasihati orang-orang terpelajar untuk berpikiran luas dan berpandangan jauh, jika tidak malapetaka akan segera menimpa mereka. Nah buku Wisdom’s Way merupakan sebuah peninggalan Feng, koleksi yang lengkap dari Mon-Lon. Melalui 101 kisahnya, beberapa benar-benar terjadi, beberapa lagi diturunkan dari legenda dan kebiasaan.

KISAH PERTAMA

Cara Memerintah Sebuah Negara

Masa Perang saudara 475 SM sampai 221 SM

Percakapan ini terjadi pada tahun 312 SM, semasa perang saudara. Cina sedang dalam perpecahan, karena sejumlah raja dan penguasa berlomba untuk mendominasi. Negeri Yang telah hancur akibat pemberontakan di istana, penjajahan dan penguasanya yang lebih tua mengalami kematian yang memalukan dan tiba sebelum waktunya. Setelah mengunjungi kota yang telah dijarah dan para tentara yang terluka, sang raja baru Yang-Jau merasa risau dan bertanya-tanya mengenai cara mencegah situasi seperti itu.

“Bagaimana aku harus mengatur negeriku? Ia bertanya kepada seorang penasihatnya, seorang laki-laki bernama Guo Wai.

“Yang Mulia, jika anda ingin menjadi seorang kaisar, anda harus memperlakukan bawahan-bawahan anda sebagai seorang guru,” ujar Guo Wai.

Untuk menjadi seorang raja, menurutnya harus memperlakukan bawahan sebagai seorang teman, menjadi seorang tuan, harus memperlakukan bawahan seperti seorang tamu. Namun sebaliknya, bila ingin menghancurkan negeri lakukan bawahan sebagai pelayan atau budak.

Raja terkesan dan bingung mau memulai dari mana. “Yang Mulia bisa mulai dari saya,” kata penasihat. “Saya orang yang tak begitu dikenal diperlakukan baik, akibatmnya orang-orang lain yang mampu dengan reputasi yang lebih besar, akan menjadi iri dan dating untuk mengadu nasib politik mereka di sini,” kata Guo Wai.

Raja merealisasikan nasihat tersebut, di samping berikan gaji yang besar, penguasa ini juga memerintahkan arsitek untuk merancang dan membangun sebuah tempat peristirahatan yang sangat indah bagi penasihatnya.

Kabar ini dengan cepat menyebar di antara negeri-negeri tetangga, mendengar hal ini orang-orang tercengan, banyak yang berpendidikan mengundurkan diri dari jabatan dan pindah ke negeri ini. dalam waktu kurang dari tiga tahun, setelah melalui seleksi yang cermat dan kompetisi yang ketat, sejumlah orang asing yang terpandang dan cakap diangkat resmi, dengan kemurahan sang raja.

Mereka membantu raja mengatur negeri secara efisien dan bertahap untuk meluaskan batas-batas negerinya. Sang penasihat benar-benar memahami satu kemampuan manusia yang paling penting, pergunaka kebijaksanaan orang lain untuk membangun kesuksesan anda.

KISAH KEDUA

Orang yang Tepat

Masa Musim Semi dan Musim Gugur

770 SM sampai 476 SM

Suatu hari kuda milik Confucius melarikan diri dan menginjak-injak sawah tetangganya. Petani yang dirugikan naik pitam dan menahan kuda liar tersebut. Mendengar kejadian ini Confucius memerintahkan Tsy Gon, seorang murid terbaiknya, untuk berunding dengan petani tersebut, mengganti kerusakannya dan memperoleh kembali kudanya.

Tsy Gon kemudian menemui petani tersebut, bercakap layaknya seorang yang beradab. Namun dalam percakapan singkat, petani yang buta huruf itu dibingungkan dengan tutur kata manis Tsy Gon. Petani tersebut justru bergegas kembali ke rumah dan bersembunyi di balik pintu yang terkunci rapat.

Tsy Gon kembali mengulang percakapannya dengan tutur kata yang sopan, namun justru petani tak mengerti maksud dari tutur kata halus dan lembut tersebut. Akhirnya ia pulang dengan tangan hampa.

“Kamu berdua berasal dari dua tingkatan yang amat berbeda,” ujar Confucius.

Menurutnya usaha berunding antara muridnya yang terpelajar dan petani buta huruf, seperti menyajikan makanan yang mahal dan lezat pada seekor sapi, atau memainkan sebuah music yang digarap dengan cantik pada seekor ayam.

“Mereka tidak menghargai atau bahkan memahami sama sekali,” jelasnya.

Keesokan paginya, Confucius mengutus perawat kudanya untuk mengatasi masalah ini. Setelah melakukan percakapan singkat, si petani dengan gembira menerima syarat-syarat tersebut dan mengembalikan kuda itu.

Orang yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda. Hanya orang yang bijaksanalah yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan tepat.

Lalu mengapa Confucius tidak mengutus perawat kudanya sejak semula? Karena ia mengerti kalau muridnya yang berpendidikan, dalam keangkuhannya, akan merasa tersinggung jika tak diutus. Confucius melihat, setelah si murid gagal dalam misinya, keberhasilan si perawat kuda jauh lebih dihargai oleh murid-murid yang lain. Orang yang bijaksana melihat, para murid dan pelayannya sama-sama memperoleh keuntungan dari pengalaman tersebut.

Baru dua kisah, masih ada 101 kisah yang bisa dipelajari, mulai dari trik dan intrik hingga kebijaksanaan hakiki dalam sebuah suasana yang bervariasi. Sebuah kisah nyata yang layak kita pelajari.

Belajar bijaksana dari buku, mari.

1 comment:

  1. duh, buku ini udah saya cari sejak lama, dulu saya pernah di pinjemin buku ini sama bos saya, setelah sekian lama, saya coba cari ke toko-toko buku belum juga nemu.... :(
    seinget saya kalo gak salah isinya ada
    kebijaksanaan yang cerdik, kebijaksanaan yang jeli, kecerdasan yang beran dan kebijaksanaan tertinggi.....aah, isinya emang bagus dan keren ini buku..... :((

    ReplyDelete