Breaking News

Buku yang Wajib Dibaca

Repro Robertus Rimawan
Resensi oleh : Robertus Rimawan

Judul Buku   : Change!
Karya          : Rhenald Kasali
Penerbit       : Gramedia pustaka Utama


ROBERTUSSENJA.COM - Buku ini sebenarnya bukan milik saya, saya hanya menemukan buku yang ketinggalan di tempat kerja. Bahkan ada tanda tangan Rhenald Kasali yang juga menulis nama pemilik buku tersebut. Meski demikian sebelum selesai baca buku ini, saya berhasil menelepon pemilik buku, dan tak disangka buku ini malah diberikan pada saya. Beruntung, hehe bukan karena gratis (itu juga ups xixi) namun karena isi buku yang membuka lebar wawasan saya.

Sulit mencari padanan kata yang tepat untuk menulis kesan setelah baca buku ini. Buku ini keren, bisa dibilang sempurna. Dengan takaran yang pas, ibarat masakan memiliki citarasa yang khas seorang koki Rhenald Kasali.

Sesuai dengan judulnya 'Change' buku ini mampu mengajak kita untuk berubah. Sampul buku yang tertulis 'tak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani, putar arah sekarang juga (manajemen perubahan dan manajemen harapan)'. Tulisan tersebut bukan omong kosong, sebab di dalamnya banyak yang bisa dipelajari.
Pemaparan Rhenald Kasali dalam bukunya bukan hanya retorika, atau bersifat teoritis an sich, namun menampilkan contoh kasus dan bagaimana penyelesaiannya. Muncul beberapa tokoh misalnya Lee Kuan Yew, pondasi Singapura, dulu hanya memiliki lapangan sepak bola tapi pantainya jelek, berubah menjadi daerah investasi dan perdagangan yang ramai.
Namun Rhenald lebih memberi contoh sebuah tempat di Indonesia. Bali,.........ya Bali, sebuah tempat yang dikenal dunia dengan keindahan pantai Kuta.

Tetapi Rhenald tidak bercerita banyak soal Kuta tapi bagaimana Bali dikenal dunia bukan hanya karena keindahan pantai Kuta, tapi juga Ubud.
Melalui buku ini, penulis bercerita tentang upaya Raja Ubud Tjokorda Gde Agung Sukawati membuat Ubud menjadi desa seni yang indah. Berikut ia mengisahkan:

UBUD

Di sebuah desa di Ubud, Bali, terdapat dua buah sungai yang bermuara di satu titik. Yang satu bernama Sungai Wadon (perempuan) dan satunya Sungai Lanang (Lelaki). Satu sungai hanya dipisahkan oleh satu bukit dengan titik pertemuannya diberi nama Tjampuhan.

Titik itu dipercaya sebagai tempat orang suci nenek moyang orang-orang bali, Maharesi Markandia yang sakti, berhasil menaklukkan dedemit yang sangat menguasai Bali. Maka di titik itu dibangun sebuah pura yang sangat suci: Pura Gunung Lebah.
Konon, di desa-desa sepanjang sungai itu mengalirlah darah-darah seni orang Bali. Desa Penestanan, Pengosekan dan Sukawati yang terkenal sebagai desa lukis, Celuk (desa perak), batu Bulan (desa stone carving), dan sebagainya. Singkatnya, Ubud dikenal sebagai daerah yang kaya dengan seni.
Berkat keseniannya yang sangat istimewa, dan alam pegunungan yang dikelilingi persawahan yang indah, ubud dikenal sebagai daerah kunjungan wisata yang sangat digemari dan bernilai ekonomis sangat tinggi.
Di sepanjang jalan di Ubud, anda akan bertemu dengan para selebriti dunia, guru-guru besar dari universitas terkenal, serta usahawan mancanegara. Mereka mengayuh sepeda mengunjungi museum yang satu dan museum yang lainnya. Memborong lukisan dan karya-karya seni.
Sebagian orang yang tak mengerti menduga Ubud adalah warisan alam yang terjadi begitu saja, mungkin ini agak keliru. Ubud tidak akan pernah menjadi daerah kunjungan wisata kalau taka da seseorang yang dengan sungguh-sungguh melakukan change.

Change maker itu bernama Tjokorda Gde Agung Sukawati, raja Ubud.
Semasa hidupnya, Tjokorda sangat memerhatikan kesenian. Ia berpikir, rakyatnya tidak bias hidup seperti ini terus menerus. Maka ia pun mulai mencari jalan agar warganya bias membuat karya-karya seni secara lebih indah dan lebih bernilai. Maka setiap kali ia mendengar ada pelukis hebat dating ke Indonesia, ia ajak ke Ubud. Ia memburu nama-nama terkenal.
Walter Spies dijemputnya di pelanuhan. Bahkan diberikan rumah di bali. Syaratnya Cuma satu: tolong ajarkan anak-anak Ubud melukis.
Sejak saat itu yang dating bukan hanya Walter Spies. Sebut saja Rudolf Bonnet, Arie Schmidt dan Hanz Snell. Mereka adalah pelukis-pelukis besar yang memberikan pengaruh terhadap cara melukis di sini. Bahkan Antonio Blanco jatuh cinta dengan gadis Bali dan menetap di sana sampai mati. Konon, sebelum kedatangan mereka, lukisan seniman Ubud terbatas hanya pada tema-tema yang lazim ditemui pada epos Mahabarata dan ramayani. Sekarang anda bisa melihat karya-karya yang sangat ekspresif dan multitema.

Menurut putra almarhum, Tjokorda Gde Raka Sukawati, yang sekarang menjadi dosen di Universitas Udayana dan pengusaha resort di Ubud, ayahnya sendiri pergi menyambut para seniman besar itu dan menawarkan tempat untuk tinggal di Ubud. Bahkan pelukis besar Affandi termasuk yang pernah diburunya.
Gagasan sederhana itu sekarang sangat dinikmati orang-orang Bali. Turis tidak lagi takut mendatangi daerah yang dulu agak tertutup dan berhutan lebat ini. Di Tjampuhan, bekas rumah Walter Spies, sampai sekarang masih bisa dilihat jejak kedatangannya. Rumah itu ada di tengah-tengah kawasan Hotel Tjampuhan. Tak jauh dari situ, Tjakorda Gde Raka sukawati membangun sebuah resort butik yang digemari turis asing.

Kisah di atas merupakan penggalan kisah Ubud yang akhirnya bisa berubah dengan ide rajanya. Bukan hanya ini, Rhenald juga menyajikan hal lain seperti terjadinya Reformasi Budaya di Universitas Indonesia.
Pada tanggal 2 Februari UI merayakan ulang tahun ke -55. Rektor UI Prof dr Usman Chatib Warsa PhD mencanangkan tahun 2005 sebagai dimulainya reformasi budaya. Mengapa reformasi budaya? “Kami sudah melakukan perubahan structural sehingga secara organisasi UI telah berubah menjadi lebih dinamis.
Perubahan sudah dimulai sejak diberlakukan BHMN pada akhir 2000, sesuai ketentuan pada tahun 2010 tidak aka nada lagi dosen berstatus pegawai negeri sipil. Semuanya adalah pegawai universitas. Demikian pula pada tahun 2010 UI kan menjadi universitas riset. Untuk menjadi rector dan dekan pun ditekankan adanya jiwa kewirausahaan. Maka mekanisme pemilihan rector dan dekan telah disempurnakan. Dekan-dekan tidak lagi dipilih melalui election melainkan proses seleksi.

Kedua kisah tersebut merupakan gambaran perubahan yang diambil, masih banyak contoh lain misalnya kisah Vaughn Beals dan pemasaran radikal Harley Davidson (HD). Dulunya HD dikenal sebagai motor gangster, criminal, “The Bad Boys', Hell's Angels, pemabuk dan sebagainya, citra tersebut dapat dilihat dlam film-film Amerika yang gambarkan gangster. HD mengalami dampak negative yang sangat berat namun terselamatkan dengan munculnya generasi Woodstock yang anti kemapanan.

Masalah berikutnya kalah bersaing dengan motor-motor biatan Jepang seperti Honda, Kawasaki, Suzuki dan Yamaha, bahkan sempat bangkrut. Pada tahun 1969 diselamatkan oleh American Machine and Founding Company (AMF). Namun karena terlalu memompa produksi kurang perhatikan kualitas.
Saat itu banyak dikeluhkan HD mudah rusak, akhirnya pada tahun 1981, 13 eksekutif HD membeli HD dari AMF. CEO Vaughn Beals memiliki serangkaian perubahan. Dimulai dengan perekrutan karyawan bertipe aktivis yang mencintai, mengendarai dan menghayati HD. Orang-orang ini bukan menjual tapi mengajak, menganggap pelanggan sebagai keluarga langkah-langkah tersebut dijalankan, dan hasilnya HD tak pernah mati, banyak pelanggan yang mengajak orang lain untuk membeli karena kecintaan terhadap produk asli HD.
Rhenald Kasali melalui buku ini ingin mengajak untuk mengubah langkah hidup, dari yang salah menuju lompatan yang luar biasa. Caranya dengan memahami kisah-kisah tokoh dunia yang mampu menorehkan sejarah demi kehidupan yang lebih baik.

Belajar untuk berubah dari buku, mari.

No comments