Breaking News

Bayi Malang ini 'Dibuang' karena Cacat

Oleh : Robertus Rimawan

Foto Robertus Rimawan - Bayi malang yang 'dibuang'. Ya sebuah istilah yang tepat. 
Bayi ini akhirnya diberikan di panti asuhan setelah diketahui cacat. 
Sungguh malang, berikut kisahnya:



ROBERTUSSENJA.COM - Bayi malang yang 'dibuang'. Ya sebuah istilah yang tepat. Bayi ini akhirnya diberikan di panti asuhan setelah diketahui cacat. Sungguh malang, berikut kisahnya:

Seorang bayi dari Panti Asuhan Bhakti Luhur Berbah Sleman membutuhkan uluran tangan untuk dilakukan operasi amputasi pada kaki kirinya, Sabtu (31/12/2011).

Suster Maria Alma Bendahara Panti Asuhan Bhakti Luhur Berbah Sleman saat ditemui penulis membenarkan hal tersebut, seorang bayi berusia 2 bulan bernama Agustinus Raharjo membutuhkan bantuan dana untuk operasi.

"Benar anak asuh kami butuh biaya amputasi, menurut Dokter Bambang yang melihat kondisi kaki Agus, harus dilakukan operasi karena pergelangan kaki bayi tersebut tidak sambung," ujarnya.

Suster Maria mengatakan bila tidak dilakukan operasi akan memnganggu pertumbuhan kaki kiri bayi. Setelah amputasi pada usia anak-anak baru bisa dipasang kaki palsu untuk membantunya berjalan.

"Kata dokter operasi akan dilakukan pada usia satu tahun, ini baru dua bulan, jadi saatnya untuk menggalang bantuan agar operasi nantinya bisa dilakukan," ujarnya. Suster Maria mengaku belum mengetahui berapa besaran biaya yang dibutuhkan untuk dilakukan operasi tersebut, namun bagi siapa saja yang ingin membantu, berapapun diterima.

Bantuan bisa disalurkan melalui ke BRI unit Berbah, nomor rekening 3065-01-015-106-53-7 atas nama Panti Asuhan Bhakti Luhur, atau datang langsung ke Panti Asuhan Bakti Luhur Dusun Sumber Lor, RT 1, RW 29, Kalitirto, Berbah, Sleman, telepon 0274-4435230.

Foto Robertus Rimawan - Kaki kiri bayi ini harus diamputasi,
silakan yang ingin mengulurkan tangan membantu biaya operasi.

Latar belakang Agus sangat menyedihkan, ia lahir dari keluarga miskin asal Jember Jawa Timur. Agus merupakan anak kedua dari pasangan yang identitasnya disembunyikan. Ibu bayi akan menjadi TKW ke luar negeri sehingga rencananya anak tersebut akan diadopsi oleh pasangan suami istri di Kota Jogja yang belum memiliki keturunan.

Saat mengandung ibu Agus sudah tinggal di rumah pasangan tersebut di Jogja, namun setelah lahir dan cacat, pasangan suami istri tak bersedia merawat, maka diberikan ke panti asuhan. Berdasar informasi yang didapatkan Suster Maria, ibu bayi mengonsumsi pil KB padahal sudah mengandung.

"Katanya ibu bayi tak mengetahui kalau ia sedang mengandung maka pil KB terus dikonsumsi, tapi terus dihentikan setelah diketahui ia mengandung. Kemungkinan pil tersebut yang menyebabkan bayi lahir cacat," jelasnya.

Suster Maria mengisahkan, ketika bayi tersebut dibawa ke Panti Asuhan Bakti Luhur saat itu hujan deras, seorang lelaki (seorang dari pasangan yang awalnya akan mengadopsi Agus) membawa Agus dalam gendongan dengan mengendarai sepeda motor.

"Duh kasihan kehujanan, kami bawa masuk lalu kami tanyakan latar belakang keluarganya. Surat-surat mulai dari akta kelahiran, fotokopi KTP keluarga saya minta, sekaligus surat perjanjian bermeterai agar tak bermasalah secara hukum nantinya," katanya.

Sesuai dengan visi Panti Asuhan Bhakti Luhur Berbah Sleman merawat kaum papa, kaum tersingkir sesuai nilai cinta kasih Tuhan Yesus, hal tersebut yang dilakukan oleh panti asuhan yang didirikan oleh Pastur Paul Yansen (99) asal Belanda. Sebagian besar penghuni panti asuhan merupakan anak cacat, depresi maupun lansia, seperti tuna laras, tuna netra juga bisu tuli.

Saat ditemui, Suster Maria ditemani Suster Fatimah Alma pengasuh panti asuhan sekaligus sebagai petugas lapangan untuk membantu fisioterapi bagi anak-anak cacat yang tinggal di luar panti.

"Kami mengasuh 28 orang di dalam panti dan 29 orang di luar panti asuhan. Kami mengasuh anak yang tak mampu, sebagian besar cacat. Ada pula anak yang diterlantarkan orangtua karena hamil di luar nikah dan sang cowok tak bertanggung jawab, ada pula anak-anak berkebutuhan khusus," kata Suster Fatimah.

Selain itu ada juga anak jalanan, meskipun beda keyakinan anak tetap diasuh dengan baik. "Kami serahkan sepenuhnya pada anak, non Kristen Katolik terserah dia mau berdoa dengan cara apa kami tidak paksa," imbuhnya.

Di panti asuhan tersebut ada 5 anak yang disekolahkan, satu disekolahkan di Malang (Kantor Pusat Panti Asuhan Bhakti Luhur), 2 di SD Kanisius dan 2 orang SLB Krikilan. Selain mencukupi kebutuhan makan dan minum panti asuhan juga membayar SPP. "Maka kami butuh bantuan, karena SPP harus bayar, pihak sekolah juga tak bisa membantu," jelas Suster Fatimah.

Soal asupan gizi penghuni panti selalu diperhatikan, namun ia mengakui tak bisa setiap hari memberikan menu lengkap karena bantuan dari donatur tidak pasti. Beli buah misalnya tak bisa dilakukan setiap hari karena keterbatasan dana namun bila ada bantuan lebih akan diberikan.

"Ketika bencana gempa bumi pada tahun 2006 kami agak terbantu karena banyak donatur jadi tahu panti asuhan kami, namun saat bencana erupsi Gunung Merapi bantuan justru terhenti karena banyak yang fokus ke korban Merapi," ujarnya. Bulan-bulan bantuan dari donatur sepi menurut Suster Fatimah pada bulan Juni-Juli saat pergantian ajaran baru, kemungkinan banyak donatur yang fokus pada biaya sekolah anak sehingga bantuan agak terhenti.

Ajarkan Kebaikan di Akhir Tahun

Di penghujung 2011 ada banyak keluarga yang memanfaatkan waktu untuk berkunjung ke Panti Asuhan Bakti Luhur. Keluarga Dedi (Gareng) warga Wirobrajan Yogyakarta misalnya, ia membawa keluarganya untuk berkunjung dan memberikan bantuan ala kadarnya.

"Ini sudah menjadi tradisi untuk berbuat baik, sekaligus mengajarkan kebaikan bagi anak-anak saya," ujar Dedi. Ayah dua anak ini bahkan yang menyebarkan informasi melalui dunia maya soal kebutuhan dana untuk operasi amputasi kaki Agus.

Sudah lama keluarga Dedi secara rutin berkunjung ke panti asuhan untuk memberikan bantuan. "Tadi saya mendapat informasi dari suster, saat saya telepon, kira-kira apa yang dibutuhkan panti, ternyata ada kebutuhan untuk operasi amputasi kaki tadi," jelasnya.

Hampir bersamaan dengan Dedi, ada juga pasangan suami istri bersama anaknya membawa bantuan sembako, seperti beberapa kantung beras, beberapa kardus mie instan serta kebutuhan bahan pokok lainnya.

Bantuan lain seperti sofa dan kasur untuk penghuni panti juga tiba-tiba datang. Beberapa suster pengasuh panti bingung dari mana asal bantuan tersebut, namun bersyukur di pergantian tahun 2011 ke 2012 banyak kebaikan datang untuk anak-anak panti.

Suster Maria maupun Suster Fatimah mengakui adakalanya mengalami kejenuhan saat menjalankan rutinitas, namun kedua orang hebat ini merasakan kebahagiaan tak terkira saat bisa memenuhi kebutuhan anak-anak dengan kasih sayang maupun mengajarkan kemandirian. Hingga saat ini berbagai bantuan terus diharapkan, terutama untuk biaya operasi kaki Agus. Silakan berbagi untuk kebahagiaan sesama. (robertus rimawan)

Berita ini dimuat pula di Tribun Manado edisi cetak dan online.

No comments