Breaking News

Dosa ini Tak Dilarang Agama

Oleh : Robertus Rimawan



ROBERTUSSENJA.COM - Pertanyaan besar muncul, mana ada dosa yang tak dilarang agama? Meski semua hal yang berbau kenikmatan duniawi sangat digemari seperti minuman keras, selingkuh, korupsi dan sebagainya semua agama melarangnya. Namun ini berbeda kisah tentang Dosa ini justru mengajarkan kita akan nilai-nilai kewirausahaan.

Kisah ini aku ambil dari buku berjudul 'Sukses Bisnis Modal Dengkul'edisi kedua, karya Mas'ud Chasan. Sebuah buku yang luar biasa, rangkuman berbagai pengetahuan dan pengalaman seorang Mas'ud Chasan, yang mampu memberikan inspirasi bagi calon wirausahawan.

Kisah Dosa ini merupakan bagian kecil dari karya Mas'ud Chasan yang awalnya seorang pengusaha kecil, kini berubah menjadi jutawan berkat usaha penjualan bukunya, bahkan kini menjadi Direktur Penerbit Pustaka Pelajar. Buku tersebut bahkan diterbitkan pada tahun 2007 ayas kerja sama Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Yogyakarta, yang melihat peluang, buku tersebut mampu membantu masyarakat untuk berwirausaha.

oleh Mas'ud kisah Dosa ia jadikan cermin dalam kiat-kiat sukses berwirausaha. Ia mengutip dari buku 'Born to be Rich' karya Promod Batra.

***

Dosa bukanlah dosa dalam artian perbuatan tercela yang dilarang agama namun 'Masala Dosa' sebuah nama makanan tradisional asal India (he2 tidak bermaksud menipu, namun kisah ini luar biasa, baca deh sampai selesai, sangat bermanfaat).

Istimewa - Masala Dosa, makanan khas India

Beberapa tahun yang silam, datanglah seseorang ke Mumbai dari sebuah desa di Andhra Pradesh, India, untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Sepanjang hidupnya, ia sangat rajin bekerja, awalnya sebagai kurir dan kemudian menjadi juru tulis senior sebuah pada sebuah perusahaan tempat ia mengabdi selama ini.

Ia menyekolahkan anaknya ke sekolah yang berkualitas dan putranya meneruskan pendidikan untuk meraih gelar MBA di sebuah institusi terkenal. Namun orang ini, Rajagopal Shetty, memiliki sebuah impian. Ibunya pandai membiat 'Dosa' (sejenis makanan) terlezat di desanya sewaktu masih kanak-kanak.

Setiap kali pulang, ie membayangkan membuat Dosa yang sama lezatnya, dan menjualnya di kota itu. Ketika pensiun, ia menerima uang pesangon cukup besar dan memutuskan untuk mewujudkan impiannya.

Setelah berpamitan pada mantan atasannya, ia membuka kios Dosa, persis di sudut jalan dekat kantornya terdahulu. Ia memasang papan iklan untuk mempromosikan kiosnya. Setiap kali pelanggan datang, ia melayani dengan senyum dan meminta mereka mencoba Dosa istimewa, atau membungkuskannya sedikit untuk keluarga mereka.

Bisnis ini berkembang. Tidak berapa lama kemudian, orang mulai berdatangan dari luar Mumbai untuk mencicipi keistimewaan Dosa yang dimasak dengan mentega pilihan, dibungkus daun pisang, dilumuri saus kelapa asli.

Akhirnya ia harus mempekerjakan tenaga pembantu untuk menangani tugasnya yang semakin banyak, terutama setelah jam kantor. Dalam tiga tahun kiosnya berkembang. Dua kios ia dirikan berdampingan dengan kios pertama. Lalu putranya, Gopi lulus dengan peringkat pertama MBA dan berkunjung ke kios itu untuk melihat kios ayahnya. Ia melihat bagaimana para karyawan mengoleskan mentega Amul yang mahal pada setiap Dosa. Ia melihat daun pisang yang mahal pula, dipakai sekali lalu dibuang ke tempat sampah. Lalu ia melihat seorang karyawan hanya berkeliling sambil tersenyum pada pelanggan, mencatat pesanan mereka sembari mencarikan mereka kursi, dan seterusnya.

Malam harinya, Gopi berkata tanpa basa-basi pada ayahnya bahwa beliau menjalankan bisnis dengan cara yang salah. Tahun ini adalah tahun resesi bagi semua negara, sehingga harga saham anjlok dan nilai rupee (terhadap dolar) menjadi rendah. Ia berkata pada ayahnya (yang ia anggap tidak peduli dengan pasar saham dan naik turunnya dolar) bahwa ayahnya harus berhemat.

"Jangan pakai mentega Amul, harganya mahal sekali. Mengapa ayah butuh banyak sekali karyawan? Mengapa ayah harus mengirim Dosa pada orang-orang yang duduk di mobil mereka> Iklan baru tidak penting, ayah tidak butuh semua itu," kata Gopi.

Rajagopal menghormati pendidikan puteranya yang meraih predikat pertama MBA, tidak lebih. Maka ia pun menuruti perkataan puteranya. Gopi diterima di sebuah perusahaan, lalu menempatkannya di Pune. Setelah satu tahun ia pulang. Gopi tak sabar lagi menanti ayahnya pulang pada malam hari, dan mengatakan bahwa nasihatnya dulu sangatlah manjur. Rajagopal pulang lebih awal dengan wajah terlihat tua dan lelah.

"Kau benar nak. Memang ada resesi, bisnis ayah jatuh seperti harga saham," kata Rajagopal.

Apa yang dimiliki Rajagopal sebagai pebisnis sukses adalah pengetahuan tentang pasar, produk yang berkualitas, dan prinsipnya pada kendali mutu. Ia memberikan layanan plus pada pelanggan, dan mengerti makna penting dari iklan. Sayangnya, ia tidak memiliki keberanian untuk percaya pada diri sendiri, pada kebenaran impiannya. Ia memilih menuruti nasihat puteranya yang "berpendidikan", yang cuma tahu teori, namun tidak pernah bekerja di pasar yang sesungguhnya. (*)

No comments