Belajar Hidup dari Tradisi Angpao Imlek
Oleh : Robertus Rimawan
Foto Rizky Adriansyah-Amelia Dwitya Tungka
General Manager Kawasan Bisnis Megamas Manado
|
ROBERTUSSENJA.COM - Ibarat tubuh, Imlek
sudah menjadi darah yang mengalir di tiap sendi wanita cantik berdarah Tionghoa
Amelia Dwitya Tungka (28). Wanita yang memiliki hobi diving dan fotografi ini
mengaku tumbuh dan berkembang dari tradisi Imlek.
Masih terpatri
diingatannya sejak kecil perayaan Imlek sangat ia nantikan. Wanita yang
menjabat sebagai General Manager Kawasan Bisnis Megamas ini mengakui meski tak
tahu judul lagu mandarin yang diputar, atau bahkan arti kata-kata dari lagu
tersebut, namun rasanya tak lengkap bila rayakan Tahun Baru Cina tanpa
mendengar alunan lagu mandarin.
"Semua duduk,
hidangan sudah siap sekitar jam 7 atau jam 8 malam, kalau sudah kumpul semua
keluarga makan bersama, tapi acara puncak setelah jam 12 malam," ujarnya.
Sudah menjadi
tradisi, saat perayaan di keluarganya semua nuansa Imlek lekat di moment
tersebut, mulai baju yang bernuansa merah menyala, lampion pernik-pernik maupun
aksesoris Imlek ada di ruangan. Sebelum acara ada tradisi sembahyang di altar,
mendoakan arwah nenek moyang. "Itu permintaan opa sebelum meninggal,
tradisi tersebut kini mengawali perayaan Imlek di keluarga kami," jelas
Alumnus Universitas ARMIT Australia ini.
Setelah melewati jam
12 malam sahut-sahutan terompet maupun suara petasan yang indah mewarnai
angkasa, tradisi saling mengucapkan salam Gong Xi Fa Cai sudah menjadi hal
wajib dilakukan. Dan meski malam tidur larut, pagi-pagi sekali harus bangun,
bila masih anak-anak, remaja atau muda-mudi yang belum menikah, siap-siap antre
untuk menerima angpao, amplop warna merah yang berisi uang.
"Angpao itu juga
yang saya tunggu, dulu waktu kecil dapat angpao senang sekali, dan sekarang
giliran saya sudah berkeluarga dan memiliki penghasilan, tradisi tersebut saya
lakukan," jelas Amalia.
Ia tak pungkiri telah
belajar hidup dari tradisi memberikan angpao, setelah seluruh keluarga besar
baik dari Jakarta, Hongkong maupun Manado berkumpul di Makassar pagi-pagi
dengan baju rapi sudah siap untuk mendapatkan angpao. "Dalam hati wah
senang sekali, uang itu bisa ditabung atau bisa dibelikan sesuatu yang
dibutuhkan. Giliran sekarang saya sudah menyiapkan juga untuk
keponakan-keponakan," katanya.
Amalia sudah
menyiapkan bujet antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta untuk angpao. Biasanya ia
berikan untuk saudara-saudara yang masih sekolah, belum menikah atau ada juga
anak-anak karyawan yang membutuhkan. Selain anak-anak ada juga angpao yang
disiapkan untuk orangtua, itu bukti kasih dan ungkapan syukur dan penghargaan
bagi orangtua yang sudah merawatnya.
Tradisi angpao
mengajarkannya untuk murah hati dan berbagi untuk orang lain terutama yang
membutuhkan, ibarat saluran air, sesuatu yang menghambat aliran akan
dibersihkan dengan perbuatan baik. Tradisi angpao ia yakini bukanlah bentuk
memanjakan seseorang, namun sebuah ajaran kasih, ajaran untuk murah hati dan
bentuk syukur atas rezeki yang didapatkan. "Itu cara untuk berbuat baik,
kesempatan untuk membantu seenggaknya mereka seneng," katanya.
Tahun lalu ia bahkan
sempat mengadakan open house sebagai bentuk ungkapan syukur, tapi untuk tahun
ini Amalia mengaku belum bisa melakukan open house, ia tak menyebutkan apa
alasannya.
Wanita yang sejak
kecil sudah sekolah di Negeri Kangguru ini merupakan wanita modern, namun ia
tak pungkiri tetap menjalankan sebagian dari tradisi seperti konsep feng shui
atau shio dan peruntungannya di tiap tahun. "Di 2012 ini disebut Tahun
Naga, katanya bagus peruntungannya untuk Shio Babi saya Shio Babi lahir tahun
1983," ujarnya.
Meski demikian ia
tetap berprinsip pada logika walau tetap melakukan beberapa anjuran dari ahli
fengshui. "Bapak saya (Benny Tungka) percaya feng shui, kita punya ahli
feng shui khusus di sini saya lebih ke modern saya tak mau nyusahain. Garis
besarnya aja tak membahayakan, yang penting tujuannya melakukan sesuatu
baik," tegasnya.
Wanita kelahiran 26
Oktober 1983 ini berharap Imlek akan memberikan motivasi baru untuk maju, baik
dari sisi bisnis, kesejahteraan untuk keluarga dan karyawan maupun berbagi untuk
sesama. Amalia mengaku tak sabar untuk lewati Imlek bersama keluarga.
"Gong Xi Fa Cai," ujarnya kemudian tersenyum.
Buka link beritanya di Tribun Manado di sini. (*)
No comments