Breaking News

Kisah Mencengangkan, Warga Inggris Dipelihara Monyet

NODEJU.COM - Marina Chapman, insert monyet Capuchin.


ROBERTUSSENJA.COM, YORKSHIRE - Ini merupakan kisah nyata, bahkan menggambarkan betapa monyet justru lebih manusiawi daripada manusia. Kisah hidup Marina Chapman, seorang ibu rumah tangga asal Yorkshire, Inggris sungguh luar biasa, beberapa orang bahkan menganggap tak masuk di akal.

Seorang ibu rumah tangga Inggris menulis sebuah buku tentang penderitaannya, sebuah kisah nyata luar biasa seorang anak perempuan yang dibesarkan oleh monyet-monyet, hampir mirip dongeng namun ini cerita nyata tentang hidupnya.

Dalam bukunya Marina mengatakan bagaimana monyet di jantung hutan Kolombia membawanya sebagai bagian dari klan mereka, bagaimana mereka makan buah dan mengawasi dia dan mengajarinya 'cara clan Monkeys Capuchin' tersebut.

Wanita itu menulis dalam bukunya bagaimana dia ditemukan oleh pemburu yang menjualnya ke pelacuran dan bagaimana olehnya di pertengahan remaja, dia bekerja sebagai seorang pelayan.

Menurut Chapman hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan seorang pria selama berlibur di Inggris yang ia akhirnya menikah dan memiliki dua anak dengannya.

Klaim putri Marina tidak mudah dibesarkan oleh ibu mereka: "Kapan ingin makan kami harus berteriak seperti monyet dilakukan di alam liar," kata seorang putri.

"Teman-teman saya namun yang tergila-gila ibu saya karena dia sangat luar biasa. Dia adalah anak yang begitu sangat mirip dengan cara yang begitu sangat banyak. "

Hari-hari hidup Marina masih menunjukkan karakter yang merupakan hasil hidup abadi dengan monyet Capuchin.

Menurut penerbit Andrew Lownie, Marina dapat memanjat pohon tidak seperti manusia lain bisa dan dia bisa menangkap burung dan kelinci dengan tangan telanjang.

Marina Chapman adalah 'anak liar', dibesarkan oleh hewan. Dia belajar bahasa monyet Capuchin dan makan dan minum apa yang mereka makan dan minum.

Dia berjuang, bermain dan berbagi baik lembut dan momen menakutkan dengan keluarganya 'monyet', yang membuat dampak yang langgeng, bahkan hari ini sebagai seorang wanita beradab yang sekarang tinggal di Inggris dan memiliki 'agak' disesuaikan untuk hidup sebagai manusia.

Anak yang dibesarkan oleh hewan liar sebagian besar terdengar di kartun dan film tetapi ada beberapa insiden ini terjadi dalam kehidupan nyata.

Seperti Marina Chapman yang dibesarkan oleh monyet Capuchin, gadis Ukraina Oxana Malaya, hidup dan berkeliaran selama lima tahun dengan suku anjing liar dan, menurut National Geographic, seorang anak di Afrika Selatan tumbuh dengan sekelompok babon.

Kisahnya berawal ketika di usia 4 tahun, Marina dibius, diculik dari rumahnya di Kolombia, lalu entah bagaimana berakhir di hutan hujan tropis. Ia lalu dirawat dan dibesarkan di kawanan Monyet Capuchin. Belajar bertahan hidup, memanjat pohon, dan tidur di dahan.

Seperti halnya Tarzan, Marina merasa berutang budi pada keluarga monyet yang merawatnya, yang "lebih manusiawi" daripada orang-orang yang menculiknya.

Suatu hari di tahun 1954. Kala itu ia sedang asyik bermain di kebun rumahnya di Kolombia. Tak menyadari ada bahaya mendekat. "Tiba-tiba aku melihat kilatan tangan hitam dan kain putih, menutup wajahku. Saat aku merasa syok dan terteror, aku mencium bau bahan kimia kuat," kata dia seperti dimuat Daily Mail (30/3/2013).  Lalu, ia tak sadarkan diri. "Kupikir aku bakal mati."

Saat tersadar, Marina mengaku mendengar suara mesin. Ia sadar berada di bagian belakang truk. Dan tak sendirian. "Aku mendengar suara tangis yang sesenggukan. Ada anak-anak lain di sana, yang ketakutan seperti aku," kata dia.

Tak sempat berbincang Marina kembali tak sadarkan diri. Lalu ia merasa bumi berguncang, ternyata ia berada di gendongan seseorang pria yang berlari. Pria yang lain ikut berlari di sebelah mereka.

Dua pria itu membawanya ke hutan dan meninggalkannya di sana. Seorang gadis kecil, tak berdaya, di tengah hutan, melewati malam pertama sendirian.

Marina terbangun dalam kondisi ketakutan dan luar biasa lapar, ia menangis, namun tak ada satupun yang datang. Ia pun lantas kembali tertidur, dan saat terbangun monyet-monyet telah mengerumuninya.

Hidup Sebagai Monyet

Para monyet, sekitar 30 ekor, mengelilinginya. Satu di antaranya menghampiri dan memukulnya hingga terguling.

Penampilan yang berbeda membuat para monyet menginspeksinya -- menarik-narik bajunya dan menjambak

rambutnya. Marina meronta-ronta. "Aku berteriak, lepaskan aku! berkali-kali. Tapi monyet-monyet itu baru berhenti setelah menginspeksiku."

Lalu, suara jeritan mengagetkannya, seekor monyet menjatuhkan pisang yang ia bawa. Pisang itu masih hijau, belum matang.  Para monyet berpesta pisang, Marina pun ikut bergabung. Saking laparnya.

Lantas ia memutuskan untuk menghabiskan malam ketiganya di hutan bersama monyet. "Berada di sekeliling mereka membuatku merasa aman. Saat malam tiba, suara mereka membuatku nyaman."

Namun, ada juga pengalaman mengerikan, seperti saat Marina melihat kawanan monyet berkelahi dengan penyusup. Ia makin merasa kesepian karena hari demi hari tak ada orang yang menyelamatkannya.

Untuk membunuh sepi, ia menirukan suara monyet. Untuk menyenangkan diri dan agar merasa nyaman mendengar suaranya sendiri. Tak disangka para monyet merespon suaranya.

Marina pun makin mirip monyet. Makin sering menggaruk badannya yang jadi tempat hidup banyak binatang kecil, termasuk kutu.

Suatu hari ia  merasakan sakit luar biasa di perutnya, hampir mati rasanya. Gara-garanya ia memakan buah asam. Di tengah perasaan tak karuan, muncullah kakek monyet, yang menggoyang badannya dengan lembut, mendorongnya, dan memintanya ikut.

Susah payah berjalan dan berkali-kali jatuh, Marina menyusuri sungai berbatu. Perjalanan itu berakhir di sebuah genangan. Si kakek monyet mendorong kepalanya di cekungan itu. Khawatir bakal ditenggelamkan, Marina melawan sejadi-jadinya. Namun, saat melihat wajah kera tua itu, ia terkesiap. Binatang itu nampak tenang, tak marah. "Aku lantas beranggapan mungkin ia ingin menyampaikan sesuatu," kata Marina.

Si kakek memintanya minum air berlumpur itu. Setelah minum dalam jumlah besar, Marina ambruk, terbatuk, dan memuntahkan banyak cairan asam dari lambungnya.

"Pengobatan" itu berhasil. Perlahan Marina berjalan ke kawananya. "Kakek monyet nampak puas dengan usahanya, berbalik, lalu kembali ke pohonnya," kata dia. Sejak itu, sikap si kakek berubah, dari acuh dan curiga, menjadi pelindung sekaligus temannya.

Lambat laun Marina berbaur dengan teman-temannya. Memberi mereka nama: Spot yang energik, Brownie yang lembut dan pengasih, Tip yang pemalu. Juga sahabatnya, Mia yang juga pemalu.

Setelah merasa diterima, ia belajar memanjat pohon. Otot-ototnya makin kuat. Saat sampai di sarang di puncak pohon untuk kali pertamanya, para monyet acuh saja. Merasa kehadiran Marina di teritori mereka sebagai hal wajar.

Marina kecil masih kerap menangis sedih, terutama di malam hari, namun kebersamaannya dengan keluarga barunya membuatnya lambat laun melupakan kesedihannya.

Bertemu Manusia

Makin besar kemampuannya, makin kuat daya jelajah Marina. Hingga suatu hari ia menemukan sekelompok gubuk. Memberanikan diri mendekat, ia bertemu dengan seorang ibu dan anaknya yang baru lahir.

"Perasaanku bergejolak melihatnya, merasakan perasaan yang dibutuhkan semua manusia: untuk dicintai. Namun saat melihat ke mataku, hanya ada ketakutan di wajah perempuan itu."

Perempuan itu lalu berteriak, membuat seorang pria berlari dari gubuk dan menangkap Marina. Pria itu lalu memaksa membuka mulutnya untuk memeriksa gigi-giginya. Tak ada yang runcing. Lalu melepasnya.

"Aku mencoba memohon padanya, minta makanan dan tempat tinggal, namun suara dan tindakanku lebih mirip monyet daripada manusia. Tanpa ragu, ia meninggalkan aku. Lalu, aku kembali ke hutan dengan perasaan terluka," kata Marina.

Hari itu, ia mendapat pelajaran berharga. Keluarga bisa ditemukan di mana saja, di mana kita merasa dicintai dan diperhatikan. Saat itu, ia menepis keinginannya untuk kembali ke kehidupan manusia. "Monyet, bukan manusia, adalah keluarga saya."

Kembali ke Peradaban

Kehidupan Marina yang mirip Tarzan berakhir setelah keberadaannya diketahui sejumlah pemburu.Pemburu itu itu menukarnya dengan seekor burung beo di tempat prostitusi, melarikan diri sebelum melayani lelaki hidung belang pertamanya, menjadi pemimpin geng anak-anak, dan berakhir di Bradford, Inggris.

Ia lalu diadopsi sebuah keluarga di Bradford, belajar menjadi koki, bekerja di National Media Museum, banting setir dengan berkarir membantu anak-anak bermasalah setelah menikah dengan ahli bakteri di tahun 1970-an. Kini Marina hidup tenang di Inggris dengan suami dan anak-anaknya. Kisah hidupnya yang dulu tersembunyi saat ini diketahui dunia. (nodeju.com/liputan6.com)

No comments