Breaking News

Dan Hujan Pun Berhenti...





ROBERTUSSENJA.COM
- Belajar kehidupan dari sebuah novel? Kenapa tidak, karena kadang novel bisa memberi makna lebih untuk kehidupan. Pesan yang disampaikan penulis malah sering tertanam di benak kita dan memberi arah yang untuk jalani warna-warni dunia menjadi lebih berkualitas.

Bila sebelumnya saya pernah menyampaikan, membaca sebuah novel paling cepat selama seminggu ternyata ada rekor lain, kali ini saya membaca sebuah novel dengan 322 halaman ini hanya dalam waktu 3 hari. Ini rekor tercepat saya membaca sebuah novel mengingat selama banyak novel yang belum selesai saya baca.

Sebuah novel karya apik seorang pengarang muda yang usianya jauh di bawah saya, kalau mengetahui hal ini saya jadi malu, Farida Susanty dengan karya apiknya:'dan hujan pun berhenti...' membut saya takjub dan terkaget-kaget karena karyanya yang luar biasa. Dengan umur yang sangat muda mampu membuat novel yang berkualitas, sementara saya yang sudah makin menua wkwkwkwkwk bikin satu novel saja tidak selesai-selesai. Sedang mikir ganti haluan saja kali ya bukan bikin novel tapi buku teka-teki silang hahahahahaha (curhat disudahi).

Baiklah kembali ke novel Farida (kok jadi ingat sinetron Misteri Gunung Merapi ya yang ada Mak Lampir-nya), di novel Farida Anda akan melihat efek psikologis yang mendalam sosok pemeran utama Leo. Usia SMA yang mengalami luka psikologis berat akibat kekerasan demi kekerasan yang dilakukan ayahnya. Ditambah lagi dengan berbagai kisah perselingkuhan dari kedua orangtuanya yang masing-masing memiliki seseorang idaman lain, sebuah gambaran ketidak harmonis akut. Mungkin sering mendengar istilah KDRT, kekerasan dalam rumah tangga, banyak yang membawa ke ranah hukum lalu berakhir dengan mediasi tanpa ada efek jera karena tidak berlanjut pada proses pengadilan. Di novel ini penggambaran peristiwa kekerasan yang dilakukan begitu kuat dan membentuk pribadi Leo. Membaca novel ini membuat kita sadar KDRT memiliki efek yang luar biasa. Saya yakin pembaca novel akan paham begitu luar biasanya efek dari kekerasan. Konsep kekerasan bukanlah sebuah edukasi menjadi lesson learn novel ini.

Mungkin awalnya kita akan melihat letupan-letupan kecil hampir di halaman awal, banyaknya umpatan dan cacian. Membaca sekilas mungkin muncul dugaan jangan-jangan ini novel buatan anak lebay dengan ekspresi yang berlebihan. Ternyata bukan. Letupan-letupan (baca: umpatan, kemarahan, putus asa) menggambarkan demikian kelam sosok Leo, pria keturunan Jepang berwarga Negara Indonesia. Latar belakang keluarga yang super kaya namun tidak harmonis. Farida mampu menggambarkan dengan cukup kreatif. Tak ada rasa bosan saat membaca novel ini, yang ada hanyalah ingin tahu dan ingin tahu lebih tentang kelanjutan cerita ini.

Tiap-tiap lembar selalu mengajak pembaca untuk kembali membaca karena penasaran dengan kisahnya. Saya jamin novel ini bukan seperti kisah-kisah di sinetron yang jalan ceritanya mudah ditebak. Misteri-misteri yang yang dimunculkan mulai terkuak di akhir-akhir lembar novel. Ibarat puzzle, gambar terbentuk setelah berbagai potongan kisah yang tersebar disatukan. Farida mampu memadukan kreativitas bercerita dengan masa lalu dan masa sekarang yang diacak namun tak membingungkan.

Meski demikian, latar belakang tokoh dan setting cerita tak beda jauh dari novel-novel teenlit lainnya yakni anak SMA dengan geng-geng sekolah. Hanya saja kemasannya kreatif dan makna kisah yang didapatkan bagus, sangat bagus malah. Tak salah bila novel ini masuk di jajaran pemenang Khatulistiwa Literary Award 2007 dengan kategori Penulis Muda Berbakat. Pembaca diajak larut dalam kepedihan Leo dan akan menjadi pendukung setia meski dengan beberapa sikap dan perilaku Leo yang 'brengsek'. Pembaca jadi maklum karena latar belakang gelap kehidupannya. Kecerdasan dan konsep plot yang menarik menjadi kekuatan novel ini. Bukan hanya itu, karakter tokoh yang dimunculkan juga kuat. Bagaimana Leo yang urakan, brengsek, biang keributan justru menjadi populer dan banyak temannya yang iri. Lalu muncul sosok Spiza, wanita yang selalu hidup dalam keputusasaan. Usaha bunuh dirinya yang selalu gagal menjadi misteri apa yang mendorongnya bunuh diri padahal latar belakang keluarga Spiza yang baik dengan prestasi sekolahnya yang bagus. Kisah Spiza dan Leo dengan konfliknya yang mengikat menjadi benang merah kisah ini. Leo menjadi penyelamat Spiza, mengagalkan usaha bunuh diri Spiza di toilet sekolah, lalu Spiza menjadi penyelamat Leo saat Leo dikhianati sahabatnya Luthfi di sekolah. Namun tanpa sadar mereka terjebak dalam jalinan cinta yang aneh apalagi setelah diketahui Spiza turut andil dalam tewasnya Iris kekasih Leo.

Hujan lebat membuat mobil yang dikemudikan rekan Spiza menabrak Iris dan menyebabkan kekasih Leo tersebut tewas. Ternyata hal ini yang menjadi pemicu Iris trauma dengan hujan, merasa bersalah, hidup dalam bayang-bayang ras bersalah atas tewasnya Iris. Cerita yang menarik masih ditambah dengan dinamika keluarga Leo, bagaimana sang ayah yang berusaha mengembalikan keutuhan keluarga dengan berbagai cara demi nilai saham perusahaan keluarga. Di akhir-akhir cerita pembaca disuguhi dengan beberapa hal yang mengejutkan, seperti kisah ibu Leo yang berakhir tragis, rahasia terpendam Iris dan masih banyak hal lainnya.

Sayang bila beberapa kisah utama dan menarik dipaparkan di sini, lebih baik baca novelnya dan nikmati sentuhan kreatif Farida (bukan Misteri Gunung Merapi). Buku ini layak dibaca? Ya, sangat direkomendasikan untuk dibaca. (*)
Tiap-tiap lembar selalu mengajak pembaca untuk kembali membaca karena penasaran dengan kisahnya. ROBERTUSSENJA.COM/ROBERTUS RIMAWAN


No comments