Breaking News

Potret Flintstone's House ala Hais, Kamga dan Aku

Oleh : Robertus Rimawan

Foto Robertus Rimawan-Kamga

ROBERTUSSENJA.COM - Sejengkal perjalanan lain yang kupikir layak untuk dibaca. Sebenarnya ini sudah lama namun baru kali ini sempat untuk menulis. Kebetulan saat menulis ini perasaanku tak nyaman. Layaknya jet pendorong, ketidaknyamananku menjadikan semangat yang luar biasa untuk menulis.

Ada dua hal yang sebabkan aku tak nyaman, tapi tak penting untuk dibahas. Prinsipku kegelisahan memunculkan karya dan saat ini aku sedang gelisah, jengkel tepatnya, semoga menghasilkan karya yang bagus.


Foto Robertus Rimawan - Hais dan Kamga

Jengkel.....mungkin saat perasaan ini juga yang dirasakan seorang narasumberku. Ia jengkel dengan kondisi hidupnya, kemiskinan yang membelenggu serta ketidakmampuan untuk memiliki rumah seperti layaknya orang lain. Hais Abjul (48), warga Kema 3, Lingkungan II, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara mengaku sempat bingung ketika rumahnya rusak.

Boro-boro buat membeli bahan bangunan guna memperbaiki rumahnya yang mulai rusak, untuk makan saja sulit. Ia kemudian berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan rumah idaman, rumah yang nyaman untuk ditinggali. Tulisan lengkapnya ada di link berikut: http://manado.tribunnews.com/2011/10/14/ini-dia-rumah-kreatif-hais-ubah-bukit-jadi-rumah. Kebetulan saya yang liput.

Namun aku tak ingin mengulang apa yang sudah kutulis sebelumnya melainkan ingin memunculkan sisi yang lain. Hais bercerita, usai tak lagi bekerja di PT Freeport ia jatuh miskin. Menurutnya alasan itulah yang menyebabkan pasangannya meninggalkannya. Belenggu kemiskinan seolah menjadi masalah klasik bagi setiap rumah tangga yang dibangun. Tidak semua, namun angka perceraian menunjukkan masalah ekonomi menjadi satu di antara pemicunya, hingga seseotrang rela meninggalkan pasangannya untuk kehidupan nyaman lainnya, satu di antaranya harta duniawi.

FotoRobertus Rimawan - Kamga saat pengambilan gambar


Aku memiliki pendapat, ekonomi yang mapan belum tentu juga keluarga bisa dibangun dengan baik, karena akan muncul persoalan lain. Ada kalanya perselingkuhan, atau mungkin masalah kesehatan (faktor kebiasaan makan tak sehat biasanya terjadi pada orang kaya dengan penyakit jantung, diabetes, kolesterol dsbnya), bisa pula kurang harmonisnya hubungan dalam keluarga karena sibuknya pasangan bekerja serta persoalan lainnya. Akibatnya anak terlantar dan kurang kasih sayang, padahal keluarga adalah utama.

Hais merupakan seorang yang kurang beruntung dalam menjalin sebuah hubungan untuk membangun keluarga, namun dalam keterbatasannya ia masih bisa bangkit dan berusaha untuk meraih impian, memiliki rumah idaman. Ia kemudian mengubah bukit menjadi hunian yang nyaman baginya.

Di tiap pukulan tatah pada bukit karang tersebut, mungkin ada luka, atau muncul kembali kenangan masa lalu, pahit atau manis, namun bercampur dengan semangat untuk merealisasikan impian. Proses panjang, butuh waktu yang lama untuk membuat lubang di bukit hingga bisa menjadi ruangan dan nyaman ditinggali.

Foto Robertus Rimawan - Kamga ketika foto bersama anak-anak

Tujuannya sederhana, menciptakan sebuah rumah dengan menekan biaya pembuatan. Kemampuan untuk membuat lubang pada bukit ia dapatkan ketika bekerja di PT Freeport di Papua, demikian pula dengan pengetahuannya akan jenis bukit yang aman untuk dibuat gua atau dihuni. Setelah yakin gua yang akan ia lubangi aman untuk ditinggali, ia pun segera bekerja.

Keunikan dan ciri khas bangunan karya Hais mengundang sejumlah turis untuk datang, bahkan setelah diliput Tribun Manado beberapa stasiun televisi swasta berusaha untuk meliput rumah 'flintstone' ala Hais.

Baru-baru ini Kompas TV dalam acara Explore Indonesia mencoba mengangkat sosok Hais, lebih pada karyanya yang unik. Kebetulan aku bisa mengantar tim Explore Indonesia yang dikoordinir oleh Anjas Prawioko. Kamga (Kamerun Ganteng) personel grup papan atas Tangga menjadi presenter acara ini.

Mengantar proses produksi untuk angkat keunikan karya Hais merupakan hal yang patut dibanggakan, sosok Kamga yang biasanya hanya bisa dilihat di layar kaca kini secara nyata hadir dan memberi warna tersendiri bagi hunian unik Hais.

"Saya suka dengan rumah ini, unik," ujar Kamga.

Ia mengaku sangatlah menikmati proses produksi di Explore Indonesia. Kamga mengaku tak lupa ketika liputan di Cirebon. Banyak Penari Cirebon terkenal hingga manca negara bahkan tak sedikit wisatawan asing layaknya mengidolakan pemain sepak bola, juga memiliki nama-nama idola masing-masing penari.

"Saat saya ditanya orang bule siapa penari topeng Cirebon yang diidolakan, haha bingung gimana jawabnya," kata Kamga kemudian ketawa.

Pengetahuan orang asing dengan budaya di Indonesia sangat besar, sedangkan orang Indonesia sendiri menurutnya tak begitu mengetahui bagaimana dan seperti apa budaya Indonesia. Maka kunjungannya di Manado dan mengangkat hal-hal unik, keindahan alam, tradisi atau budayanya diharap bisa menarik minat untuk makin mencintai Indonesia.

Ia mengakui keankearagaman budaya di Indonesia layak dipelajari, dan ia beruntung didaulat untuk menjadi host di acara tersebut. Konsekuensinya sinkronkan waktu dengan pentas grup Tangga.

Produksi rumah 'flintstone' Hais untuk Explore Indonesia, memakan waktu sekitar 6 jam, karena ada beberapa gambar yang mesti diambil mulai dari teknik muncul Kamga dengan gerobak yang ditarik sapi, di Manado disebut roda sapi, biasanya untuk mengangkut buah kelapa. Kemudian gambar lain, Kamga saat pertama berkunjung di rumah tersebut, bertemu dengan Hais yang sedang melanjutkan menatah bukit untuk memperluas ruangan. Lalu rekam gambar beberapa ruangan rumah gua yang berhasil dibuat Hais hingga Kamga yang mencoba menatah bukit. Keringat Kamga mengucur meski hanya beberapa kali tatah pada gua, ia mengaku membuat ruangan tersebut sulit, butuh tenaga dan usaha keras.

Foto Robertus Rimawan - Tingkah lucu Kamga saat foto bersama anak-anak

Usai  shooting, Kamga ternyata telah ditunggu anak-anak untuk berfoto bersama, banyak yang ingin berfoto bersama untuk dipamerkan ke teman-temannya di facebook. Tingkah lucu Kamga dan anak-anak berhasil diabadikan.

Perjalanan ini unik dan banyak guratan cerita dibaliknya. Kamga seorang penyanyi sekaligus petualang, Hais si maestro pencipta bukit menjadi istana idamannya, dan aku seorang pengukir sejarah yang mencoba mengabadikan langkah-langkah berarti orang lain menjadi pelajaran hidup bagi yang lain.

Doa dan harapan muncul, bagaimana mewujudkan rumah impian seperti Hais yang mampu merajut impiannya menjadi nyata. Namun menurutnku yang terpenting adalah keluarga yang dibangun di dalamnya. Sebuah keluarga yang harmonis dengan pasangan yang memiliki konsep yang sama. Konsep yang menyatakan harta hanya sarana, semua bisa dicari, namun yang terpenting cinta sejati dan ketulusan. Aku yakin Tuhan segera mempertemukan, mungkin sudah, mungkin ini (yang sedang kudoakan)............. tapi.............. harus BERBESAR HATI 'katanya'.


Let's Pray

Tuhan, bila dia pasangan hidupku yang Tuhan siapkan untukku, maka pertemukanlah kami dalam kasih Mu yang agung dan mantapkanlah hatiku dan dia untuk hidup selamanya. Saling menerima kekurangan, kelebihan masing-masing dan percaya bahwa tangan kami tak'kan pernah terlepas saat melalui jurang terjal.

Tapi jika bukan hubungan ini yang Tuhan inginkan, maka perbesarlah hati kami berdua untuk bersahabat selamanya dan tetap berjalan mencari pasangan jiwa kami masing-masing. Amin

No comments