Breaking News

Dipukuli Dicubit Diteriaki tapi Wanita ini Justru Bangga

Oleh : Robertus Rimawan

Foto Rizky Adriansyah - Wanita ini bangga 
bisa menolong meski menjadi sasaran empuk.
Deisy Beatrix Tuju foto bersama anaknya
ROBERTUSSENJA.COM - Dini hari, sebuah ruangan selebar ruang tamu rumah type 36 mendadak sibuk. Seorang wanita berseragam putih berada di ruangan tersebut bersama sorang wanita dengan perut buncit di atas ranjang.

Seorang suami yang mencoba menenangkan justru dapat teriakan dan diusir dari ruangan oleh wanita berperut buncit tersebut.

Wanita lain, berseragam putih dan sarung tangan karet mengambil alih peran, ia berusaha memberikan instruksi, memberikan motivasi dan membantu proses tersebut. Namun ia malah menjadi sasaran empuk, ia dipukuli, dicubit, diteriaki oleh wanita yang terbaring di ranjang.

Ranjang berderit dan berderak derak siring jerit kesakitan yang terdengar keras. Teriakan kesakitan berlangsung cukup lama, sangat keras hingga........oekk oekkk oekkk.........

Tangisan pertama memecah kesunyian dini hari. Tangisan seorang anak manusia terdengar. Sebuah proses panjang, melelahkan tapi sarat dengan kasih dan sayang.

Gambaran di atas merupakan penggalan momen proses kelahiran seorang anak manusia.

Ya........ia adalah seorang bidan. Pengalaman kerjanya sangat menarik untuk dibagikan.

Deisy Beatrix Tuju ibu satu anak yang baru saja berulang tahun, wanita kelahiran 14 Desember 1985 ini berprofesi sebagai bidan di Puskesmas Ranomuut Manado.

Manado yang dikenal sebagai kota seribu gereja ini selalu menyajikan hal luar biasa apalagi saat Natal. Suatu momen yang ditunggu bagi umat Kristiani.

Kisah kelahiran Yesus yang luar biasa menjadi hal yang paling diingat. Dalam Alkitab memang tak dirinci siapa yang membantu persalinan Maria hingga Yesus lahir. Tentu kalau cuma Joseph yang ada kemungkinan Joseph menjadi suami sekaligus bidan saat itu.

Deisy yang berprofesi sebagai seorang bidan ini seolah selalu diingatkan tentang momen kelahiran Yesus.
Bila dibayangkan kondisi zaman saat itu dengan peralatan medis yang minim, tak perlu diragukan kelahiran Yesus Kristus adalah ajaib.

Momen suka cita kelahiran sang juru selamat dan pengalamannya sebagai bidan seolah menjadi satu rangkaian cerita yang tak berkesudahan.

"Kalau dijumlahkan saya sudah membantu 300 persalinan," ujar Deisy yang ditemani oleh Aditya Restu Bathara anak pertamanya yang berusia 10 bulan dan suaminya Valent Respati.

Menjadi bidan memang bukan cita-citanya, bahkan awalnya ia hanya iseng daftar bidan namun akhirnya bidan menjadi profesi yang sangat ia cintai.

Keputusannya menjadi bidan juga tak lepas dari usaha sang nenek atau mama dari papanya yang berprofesi jadi bidan. Deisy sering melihat bagaimana neneknya membantu persalinan. Profesi nenek menginspirasi dan menjadi motivasinya untuk menjadi seorang bidan.

"Ada rasa yang sulit digambarkan, rasa bahagia, bangga, senang dan sayang seolah lebur menjadi satu," katanya menjelaskan perasaan yang dialami seusai berhasil membantu persalinan.

Pernah Pingsan

Meski demikian di awal studinya ketika ikut menyaksikan dalam sebuah persalinan saat itu Deisy pernah pingsan.

"Saat itu saya masih magang hanya melihat saja. Melihat kepala nongol saja saya sudah pingsan," katanya lalu tertawa. Akhirnya beberapa teman membimbingnya keluar ruangan.

Wanita yang tinggal di Perum Telkomas Blok H no 9 kini sudah ahli membantu persalinan. Ia bahkan biasa menghadapi persalinan abnormal, misalnya lahir kaki duluan. Ada teknik khusus agar bayi yang lahir dengan kaki duluan bisa lahir dengan selamat.

Tantangan lainnya, dulu saat belum nikah dan belum memiliki anak saat memberikan semangat pada pasien pasti diragukan. "Ahhh ibu bidan belum pernah melahirkan jadi tak tahu sakit saya," kata Deisy menirukan kalimat yang dilontarkan pasien.

Namun kini setelah memiliki anak ia mantap untuk memberikan motivasi membantu proses kelahiran dengan memberikan semangat.

Pengalaman lain, pernah membantu persalinan saat listrik mati dan memakai lampu charge. "Saat itu di Langowan (Minahasa) wah bersyukur bayi lahir dengan selamat," katanya.

Terlihat tatapan bahagia Deisy, seolah momen itu hadir, membantu dan menyaksikan kelahiran anak manusia di tengah keterbatasan.

Deasy mengaku enjoy dengan pekerjaannya meski melelahkan. Rasa bahagia menutup kelelahannya. Rasa senang seolah obati rasa sakit saat seorang pasien tak sadar telah memukul, mencubit dan meremasnya karena rasa sakit ketika melahirkan.

Kini ia ingin melanjutkan S1 di bidang kebidanan dan cita-citanya memiliki rumah bersalin juga sesuai restu suaminya. Mari kita doakan semoga cita-cita mulianya tercapai, Amin.

Biofile
Nama: Deisy Beatrix Tuju.
Tempat, Tanggal Lahir: Langowan, 14 Desember 1985.
Profesi: Bidan di Puskesmas Ranomuut, Manado.
Pendidikan terakhir: D3, alumnus Poltekkes Manado Jurusan Kebidanan.
Nama Suami: Valent Respati.
Nama Anak: Aditya Restu Bathara.
Hobi: Baca.
Karir:
- Tahun 2005-2008 sebagai bidan di RS Budi Setya Langowan
- Tahun 2009 PNS bidan di Manado. (*)

No comments