Breaking News

Tewas Disiksa Majikan, Upriyanti tak Sempat Memeluk Anaknya



"Memang saya tak pungkiri, ini adalah takdir. Bila anak saya pulang lebih cepat, mungkin akan tetap meninggal. Tapi paling tidak ia masih sempat memeluk ketiga anaknya sebelum meninggal" - Kasim.

Foto Robertus Rimawan - Silvi menutupi wajahnya, ia tak kuasa menahan kesedihan atas kematian sang ibu. Siswi yang selalu mendapat ranking satu di sekolahnya ini tak berani melihat jenazah sang ibu saat itu.


ROBERTUSSENJA.COM - Sepenggal kalimat di atas merupakan kalimat yang tak bisa dilupakan penulis tiga tahun lalu. Sebuah ungkapan kepasrahan seorang ayah yang anaknya menjadi korban penyiksaan oleh majikan di Singapura. Saat itu penulis meliput kisah pilu keluarga Upriyanti yang harus menerima kondisi pahlawan keluarga ini kehilangan nyawa.

Kisah ini kembali penulis angkat untuk mendapatkan makna dari kisah nyata seorang pembantu rumah tangga, merasakan beratnya menjadi pengais rezeki di negeri orang. Meski tak sedikit yang sukses dan tak sedikit yang kehilangan nyawa dari waktu ke waktu. Semoga kisah ini menjadi pembelajaran agar ke depan tak terjadi lagi, Kamis (17/5/2012).

Berikut kisahnya :

Jenazah almarhumah Upriyanti Kasim (33) terbujur dalam peti mati berwarna coklat di ruang tamu. Stiker kargo Wings Air masih tertempel di sisi peti, bagian kaki jenazah. Ruang tamu sempit dan berlantai tanah itu nyaris penuh oleh peti jenazah yang diletakkan memanjang dengan kaki mengarah ke pintu.

Sejumlah pelayat, termasuk para siswa SD berseragam putih merah, berdiri di luar rumah berdinding tripleks di Rap-Rap Lingkungan Dua, Airmadidi, Minahasa Utara, Rabu (8/9/2009).

Sebagian siswa memandangi jenazah Upriyanti dari jendela nako tak berkaca. Mereka adalah para siswa SD Inpres Saronsong I, Airmadidi, teman-teman sekolah Silvi Nanga (10), putri pasangan Herman Nangin (36) dan almarhumah Upriyanti.

Namun, Silvi enggan menemani teman-teman dan gurunya bersama keluarga, melihat jenazah sang bunda. Dia terus menutupi wajah dengan rambut dan kedua tangannya. "Nimau (tidak mau),"kata Silvi, sambil sesenggukan.

Herman berusaha membujuk, namun Silvi justru menjauhi ayahnya. Kendati akhirnya bersedia masuk setelah ditarik sang ayah, Silvi tetap memalingkan wajahnya dari peti jenazah sambil tetap menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Saya masih merasa sedih. Di hati rasanya belum bisa menerima,"ujar bocah yang selalu meraih peringkat satu di kelasnya itu.

Sikap Silvi sama seperti ketika jenazah ibunya tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Senin (7/9/2009) malam. "Dia yang paling sedih dan terpukul. Dia nangis terus saat jenazah tiba. Adiknya, Hosea, sekarang sudah tahu dan rewel tak seperti biasanya," ujar Herman yang terlihat kokoh.

Herman mengaku menyesalkan kelambatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Minut untuk membantu kepulangan istrinya. "Mungkin kalau segera pulang, istri saya masih bisa diselamatkan, "ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Ia mengaku heran, kenapa selama ini pihak Disnakertrans seolah-olah memperlambat proses dan membela pihak perusahaan pengerah jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang mengirim istrinya ke Singapura.

Setelah mendapat informasi langsung dari istrinya yang mengalami penganiayaan, Herman langsung melaporkan ke Disnakertrans. Namun tanggapan dari Disnakertrans tak menyenangkan.

Beberapa kali sempat berdebat mulut dan waktu penanganan tetap saja diulur-ulur. "Kenapa ada petugas yang mewakili pemerintah melakukan seperti itu? Bagaimana jadinya nasib pekerja lainnya bila pelayanan yang diberikan seperti itu," sesalnya.

Muhammad Kasim (59), ayah Upriyanti, mengungkapkan hal serupa. Dia mengaku beberapa kali mendampingi menantunya ke Disnakertrans. "Memang saya tak pungkiri, ini adalah takdir. Bila anak saya pulang lebih cepat, mungkin akan tetap meninggal. Tapi paling tidak ia masih sempat memeluk ketiga anaknya sebelum meninggal,"ujar Kasim.

Pria 9 anak itu mengaku sangat kecewa atas sikap pertugas Disnakertrans yang menangani kasus anak keduanya itu. Ibunda Upriyanti juga tampak terpukul, ia kaget saat melihat kondisi fisik anaknya, dulu tak sekurus saat ini. "Sedih no, anak kita dulu tak sekurus itu, tubuhnya besar," ujar Sukati (55).

Upriyanti Tewas Disiksa Majikan Singapura

Upriyanti Kasim (33), warga Sarongsong 1, tepat lokasi rumah di belakang SMA Negeri 1 Airmadidi, Minahasa Utara. Korban meninggal dunia hari Minggu (6/9/2009) setelah menjalani perawatan di RS Polri Jakarta. Ibu tiga anak itu mengalami pembengkakan lambung.

Herman Nangin (36), suami korban, menduga istrinya tewas secara tak wajar. Dia mendapat telepon dari sang istri yang mengaku disiksa majikannya dan tidak diberi makan. "Istri saya mengaku telah dipukul oleh seluruh anggota keluarga majikannya, hingga merasakan pusing berkepanjangan," ujar Herman di kediamannya, Rap-Rap Lingkungan 2, Airmadidi, saat menunggu kedatangan jenazah istrinya, Senin (7/9/2009).

Selain dipukuli, Herman juga pernah mendapat informasi langsung dari istrinya bahwa hidungnya mengalami pendarahan karena sang majikan mencocokkan jari di kedua lubang hidung istrinya. "Pernah istri saya dituduh mencuri makanan, padahal istri saya benar-benar kelaparan karena makanan disembunyikan. Aduh, kasihan benar istri saya," imbuh Herman.

Setelah mendapat informasi tersebut, Herman menyuruh istrinya segera pulang. Dia melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Minut. Sayang, kata Herman, laporannya tidak mendapat tanggapan baik. Ia justru pernah disuruh menandatangani pernyataan bahwa istrinya tetap ingin melanjutkan kontrak. "Hingga sekarang saya tak bersedia menandatangani karena saya tahu betul istri saya disiksa. Petugas Disnakertrans marah-marah ketika saya tak bersedia menandatangani berita acara laporan tersebut," ungkap Herman.

Ia menduga sudah terjalin kerja sama antara perusahaan yang memberangkatkan istrinya dan pihak Disnakertrans sehingga saat melapor, dirinya justru dipojokkan. Herman menilai Disnakertrans justru membela perusahaan yang memberangkatkan istrinya.

Tak hanya itu. Herman juga pernah mendapat telepon dari orang yang mengaku dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura yang mengatakan istrinya baik-baik saja. Ia tak percaya begitu saja karena selama ini istrinya mengatakan langsung kepadanya tentang penganiayaan tersebut. "Saya yakin telepon tersebut bukan dari pihak KBRI, melainkan dari pihak perusahaan yang mengaku-ngaku dari KBRI," kata pria tiga anak ini.

Herman mengaku sudah sering mengatakan kepada istrinya agar segera pulang, tetapi ia pernah mendapat telepon dari pihak perusahaan, yang mengatakan istrinya baik-baik saja dan tetap melanjutkan kontrak kerja. "Saya tak percaya, lalu telepon dari seorang petugas dari perusahaan diserahkan pada istri saya, istri saya justru menangis," tutur Herman.

Ia curiga istrinya mendapat intimidasi dari perusahaan. Akhirnya sang istri bercerita kalau pulang, ia harus menggunakan uang pribadi. Menurut Herman, istrinya tak ingin menyusahkan keluarga, sehingga memilih untuk terus melanjutkan hingga masa kontrak berakhir.

Setelah tidak mendapatkan tanggapan yang baik dari Disnakertrans, ia akhirnya melaporkan peristiwa tersebut ke Polres Minut, mengabarkan kondisi istrinya. Selama 8 bulan, istrinya mengirimkan uang sebesar Rp 700.000, dan beberapa waktu, istrinya mengeluh, gaji beberapa bulan belum dibayar sehingga belum bisa kirim uang ke rumah. "Saya bilang tak perlu mengirim uang, yang penting, kamu sehat-sehat saja. Itu kata saya. Kerja baik-baik dan selalu menjaga diri," tutur Herman.

Namun, Herman tak menyangka justru kondisi yang dialami istrinya seperti itu. Ia dan keluarga mengaku kaget, tiba-tiba mendapat kabar istrinya sudah di Jakarta, kemudian mendapat kabar lagi telah berada di rumah sakit. Terakhir mendapat kabar istrinya sudah meninggal dunia.

Upriyanti meninggalkan tiga orang anak, Silvi Nangin (10), Hosea Nangin (4,5), dan Julia Nangin (2). Anak kedua dan ketiga, menurut Herman, belum mengetahui ibunya telah meninggal, sedangkan Silvi mengaku sangat sedih dan kangen pada ibunya.

Ayah korban, Muhammad Kasim (59), warga Airmadidi Bawah, Lingkungan 5, mengaku tidak menerima kejadian ini. "Saya tahu kondisi anak saya dari suaminya, katanya mendapat siksaan, saya ingin kasus diusut dan diproses sesuai jalur hukum," kata ayah 9 anak itu.

Semua membantah

Upriyanti dikirim ke Singapura oleh PT Manpower Indonesia Cabang Sulut, sebuah perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia. Geertje Mekel, kepala cabang perusahaan tersebut, menyatakan sudah melakukan semua tanggung jawabnya.

Saat ditemui Tribun Manado di kediaman orangtua korban, dengan kawalan dua polisi, Geertje menjelaskan bahwa hak-hak Upriyanti sudah dipenuhi. Bahkan, perusahaannya juga telah menanggung biaya kepulangannya. "Memang saat akan pulang, setiap pekerja memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan kontraknya, dan yang bersangkutan bersedia untuk menyelesaikan kontrak tersebut,"ujarnya. Ia mengaku tak akan lepas tanggung jawab dan akan mendampingi hingga kasus ini terkuak. Ia membantah perusahaannya telah melakukan tekanan terhadap korban. Kata dia, selama ini gaji sekitar Rp 2 juta sudah diberikan kepada korban sesuai dengan masa kerja.

"Ada pemotongan gaji sesuai dengan kesepakatan karena biaya sebelum mendapat kerja, makan serta transportasi, dibiayai dulu oleh perusahaan," kata Geertje.

Kepala Disnakertrans Minut, Supit Singal, juga mengaku sudah melakukan tugasnya dengan baik. Selama ini pihaknya sudah menekan perusahaan agar segera memulangkan korban. "Buktinya sekarang jenazah sudah dipulangkan, kami berusaha keras agar perusahaan tak melepas tanggung jawab," kata Supit.

Ia mengaku akan mendampingi keluarga korban bila nantinya akan melakukan tuntutan dan terus meminta pada pihak perusahaan agar membiayai proses ke jalur hukum. Supit mengelak tuduhan anak buahnya bekerja sama dengan pihak perusahaan sehingga seolah menyudutkan pihak keluarga korban. "Oh itu tak benar, kami dari awal berusaha membantu dan meminta pihak perusahaan untuk bertanggung jawab, " pungkas Supit.

Jenazah Upri tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado Selasa (7/9/2009) malam. Menurut informasi dari keluarga, jenazah Upriyanti akan dimakamkan di di pemakaman wilayah Sarongsong 1.

No comments