Breaking News

Wow, Kipas Angin ini Bantu Pelarian 51 Imigran Gelap

Oleh : Robertus Rimawan

Grafis Rahadian Adji - Gambaran pelaku melarikan diri.

ROBERTUSSENJA.COM - Sebuah kipas angin tergeletak di samping lubang, kipas angin ini menjadi saksi bisu pelarian 51 imigran gelap asal Afganistan dan Iran antara Jumat (4/5) sekitar pukul 23.30 Wita hingga Sabtu (5/5) sekitar pukul 05.00 Wita dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado. Mungkin kipas angin tersebut seolah barang remeh, hanya benda biasa dan tak berkaitan dengan aksi pelarian. Namun kipas angin tersebut justru menjadi ujung tombak kesuksesan pelarian 51 imigran gelap yang membuat terowongan sepanjang kira-kira 8-15 meter.

Kipas angin ini menjadi penyuplai udara dari kamar ke terowongan sehingga para imigran tak kehabisan udara. Bayangkan sebuah terowongan yang sempit, yang hanya muat dengan satu tubuh manusia, bila tak ada udara yang disalurkan, kemungkinan kecil imigran bisa selamat. Berdasar pantauan penulis, kipas angin tersebut seperti telah dimodifikasi.

Biasanya kipas angin ada penyangganya, namun kipas ini tanpa penyangga atau bisa juga kipas angin yang khusus nempel di dinding sehingga tanpa penyangga dan mudah bila dimasukkan ke lubang. Kipas angin terlihat sangat kotor, terlihat bercak lumpur yang menempel pada penutup kipas. Diindikasi kepala kipas dimasukkan ke dalam lubang terowongan agar menyuplai udara bagi para imigran, baik saat penggalian, maupun saat pelarian.

Saat melongok ke dalam lubang, suasana sangat gelap dan pengap, terowongan yang diawal penggalian sekitar 1,5 meter diperkirakan masih turun lebih dalam karena melewati pondasi bangunan sedalam 2,5 meter. Butuh orang-orang nekat dan bernyali untuk bisa melewati terowongan tersebut. Bagi orang memiliki claustrophobia ketakutan pada tempat sempit dan tertutup tentu tak mungkin bisa melewati terowongan tersebut.

Foto Robertus Rimawan - Kipas angin di samping lubang masuk, suplai udara bagi para imigran di terowongan.


Para penggali terbantu dengan tanah yang empuk dan lembab, sehingga mudah digali dan kipas angin tak menyibakkan debu-debu ketika penggalian berlangsung maupun ketika pelarian dilakukan. Kepala Divisi Imigrasi Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulut, Hardy Kamaruddin menyebut para imigran gelap ini memang memiliki keahlian khusus. Ketika dihubungi Tribun Manado Minggu (6/5) Hardy mengatakan para imigran asal Afganistan dan seorang dari Iran di negaranya dulu mempunyai kemampuan di bidang masing-masing.

"Mereka ada yang bekas milisi, tentara, polisi, dokter, guru atau profesi lain dan mereka di sana dikenal memiliki persembunyian-persembunyian di bawah tanah, sehingga teknik menggali terowongan kemungkinan sudah dipunyai," ujarnya.

Dari barang-barang yang ditinggalkan para imigran beberapa baju kotor, kemudian senter yang bisa dipasang di kepala membuktikan para imigran sudah memiliki perencanaan matang. Baju yang kotor merupakan baju ketika para imigran merangkak melewati terowongan lalu setelah berhasil melewati terowongan mereka berganti baju yang tak kotor. Beberapa baju tersebut ditemukan menyebar, ada yang di sekitar terowongan, namun ada pula yang tercecer antara 50 hingga 100 meter di dekat lokasi rudenim.

Kelihaian para imigran juga terlihat di dalam kamar nomor 9 yang menjadi start terowongan menuju lubang keluar di jurang. Petugas belum bisa menerka berapa lama terowongan tersebut dibuat, namun tiga hari sebelum pelarian para penghuni bergerombol di depan kamar dan seolah menghalang-halangi para petugas untuk masuk. Di dalam ruangan juga tampak tanah-tanah yang tersusun rapi dalam kantong palstik ukuran 20 kilogram, dibentuk kotak-kotak kemudian dibungkus kertas koran dan ditaruh di rak-rak baju. Rak-rak tersebut kemudian ditutup dengan kain sarung. Ada ratusan tanah dalam kantong plastik yang tertata, sementara lubang ditutup dengan triplek dan ditutup dengan kasur-kasur lantai. tongkat besi seukuruan pipa pelaron yang tergeletak dekat lubang diduga sebagai alat untuk memecahkan keramik dan untuk merontokkan tanah agar mudah digali.
Foto Robertus Rimawan - Lubang keluar para imigran gelap.

Bantah Keterlibatan Petugas Rudenim

Hardy mengaku pihaknya terus melakukan pelacakan, bahkan terus berkoordinasi dengan dengan kepolisian, beberapa informasi atau temuan segera ditindaklanjuti namun belum membuahkan hasil nyata. Meski demikian ia juga terus melakukan evaluasi terhadap kejadian tersebut. Bahkan ia juga melakukan penyelidikan sekiranya ada dugaan keterlibatan petugas rudenim.

"Hasil evaluasi tidak ada indikasi adanya keterlibatan orang dalam, namun bila terbukti ada keterlibatan oknum petugas (rudenim) bukan hanya sanksi pemecatan namun bisa dipidanakan," jelasnya. Ia telah mendengar pengakuan para petugas rudenim, para petugas mengaku tak menyangka ternyata para imigran gelap telah melakukan persiapan pelarian. Gelagat para penghuni yang bergerombol di depan kamar nomor 9 dan seolah tak mengizinkan petugas untuk masuk dinilai wajar karena sesuai dengan aturan.

"Mereka bukan tahanan, rudenim ini adalah penampungan sementara bagi para imigran sebelum diputuskan untuk dikirim ke negara ketiga atau penerima suaka atau dikembalikan ke negara asal," katanya. Sehingga pemeriksaan tak bisa dilakukan seperti sel penjara, para imigran gelap masih memiliki hak privasi, meski demikian ia tak membantah para petugas bisa melakukan pemeriksaan kamar, hanya saja saat itu tak terpikir para imigran nekat menggali terowongan.

Sebanyak 8 kamera CCTV yang dipasang ternyata tak bisa menangkap gambar pelarian karena kamera yang ditempatkan tak menjangkau lubang keluar terowongan. Hardy mengaku akan mengusulkan tambahan kamera CCTV di beberapa tempat lagi dan akan diusulkan ke International Organization for Migration (IOM) organisasi di bawah naungan PBB yang mencukupi kebutuhan dasar para imigran gelap di penampungan. "Tapi tak bisa kami pasang di kamar-kamar karena ini menyangkut privasi, semua sudah di atur dalam Undang-Undang keimigrasian," jelasnya.

Ke depan ia juga akan bekerja sama dengan kepolisian bila membutuhkan tambahan personil atau mengendalikan situasi ketika tak terkontrol, pun ketika akan dilakukan penggeledahan kamar, personil kepolisian bisa dilibatkan untuk mengantisipasi agar kejadian tak terulang.

No comments